Arah Baru Pendidikan, Sinergi Digital dan Moral
Strategi Kepemimpinan Pendidikan di Era digital (coding)dengan kecerdasan moral (empati)
Dunia berputar tak henti, dan perubahan kini berlari sangat kencang. Era disrupsi global, dengan lonjakan teknologi dan kecerdasan yang mengubah setiap sendi kehidupan, menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Bagi kita, umat muslim, pendidikan di era ini adalah amanah yang lebih besar. Bukan sekadar mengejar kemajuan dunia, namun bagaimana kita memastikan setiap langkah kemajuan itu sejalan dengan nulai-nilai Robbani dan Akhlakkul karimah. Bagaimana kita mendidik generasi yang cakap teknologi tanpa kehilangan ruh keislaman dan kemanusiaannya?
Dari sudut pandang Islam, pendidikan jauh melampaui sekadar transfer pengetahuan. Ia adalah proses membentuk insan kamil- manusia seutuhnya—yang seimbang antara iman, ilmu, dan amal. Al- Quran telah berabad-abad lamanya mendorong umatnya untuk iqra (membaca, meneliti), berpikir kritis, dan merenungi ciptaanAllah SWT.Ini adalah fondasi kuat yang mengajarkan kita untuk tidak gentar menghadapi perubahan, melainkan merangkulnya dengan hikmah.
Namun, di tengah hiruk pikuk teknologi, kita menghadapi krisis relevansi. Kurikulum pendidikan modern, yang seringkali mengabaikan aspek spiritual dan emosional, melahirkan generasi yang mungkin cerdas secara logika, namun rapuh dalam karakter dan etika. Anak-anak kita mungkin mahir coding, tetapi apakah mereka juga mahir dalam memahami hati sesama, dalam berempati terhadap derita orang lain, dan dalam memimpin dengan keadilan?
Teknologi, seperti coding dan AI, adalah anugerah sekaligus ujian dari Allah SWT. Ia adalah alat yang berpotensi membawa kemaslahatan besar, namun juga bisa menjadi pedang bermata dua jika tidak dipegang dengan bimbingan iman. Bagaimana kita mengajarkan generasi muda untuk menguasai algoritma kompleks, membangun inovasi, namun tetap menyadari bahwa setiap ciptaan mereka harus bermuara pada ihsan(kebajikan) dan kemaslahatan umat?
Maka, pilar pertama pendidikan di era disrupsi adalah Penguatan Ilmu Dunia untuk keselamatan umat, Islam memerintahkan kita untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal, termasuk dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Generasi Muslim harus menjadi yang terdepan dalam coding, rekayasa dan ilmu-ilmu modern lainnya. Ini bukan demi kesombongan duniawi, melainkan demi menjalankan perintah khilafah fil ard (kekhalifahan di bumi) untuk membangun peradaban yang adil dan makmur.
kedua, Penanaman Akhlak Karimah dan Empati. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW. diutus untuk menyempurnakan akhlak, pendidikan kita harus senantiasa menekankan nilai-nilai kejujuran, amanah, toleransi, kasih sayang, dan kepedulian. Seorang anak yang mahir menciptakan aplikasi, namun lalai terhadap hak sesama atau tidak memiliki rasa empati, telah kehilangan esensi pendidikan Islami.
Ketiga, Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Learning) dengan Spirit Tholabul Ilmi. Perintah menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat bukan sekadar retorika. Di era disrupsi, di mana pengetahuan usang dalam hitungan bulan, semangat ini harus dihidupkan. Generasi Muslim harus menjadi pembelajar sejati, yang terus haus akan ilmu baru, baik ilmu agama maupun ilmu dunia, demi mencari keridaan Allah.
Keempat, Peran Orang Tua sebagai Madrasah Pertama. Pendidikan empati, akhlak, dimulai dari rumah. Orang tua memikul tanggung jawab utama untuk menanamkan keimanan, membentuk karakter, dan membimbing anak dalam pemanfaatan teknologi secara bijaksana. Doa dan dukungan orang tua merupakan fondasi terkuat yang akan membentuk anak-anak menjadi generasi Rabbani.
Oleh karena itu, di tengah badai disrupsi, kita membutuhkan pemimpin pendidikan yang visioner dan memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Islam. Pemimpin yang berani menghapus kurikulum yang tidak relevan, yang berinvestasi pada guru-guru murabbi, dan yang mampu merancang sistem pendidikan yang melahirkan ulama-ilmuwan—generasi yang menguasai ilmu agama dan ilmu dunia secara seimbang, dengan hati yang penuh takwa dan empati. Mari kita jadikan era disrupsi ini sebagai momentum untuk kembali pada esensi pendidikan Islami. Bukan hanya melahirkan ahli coding yang cerdas, tetapi juga hamba Allah yang bertakwa dan berakhlak mulia, yang menggunakan setiap kecerdasannya untuk kebaikan umat, yang menyebarkan rahmat ke seluruh alam. Karena pada akhirnya, bukan seberapa cepat kita berlari di dunia teknologi, melainkan seberapa kokoh iman dan akhlak kita di hadapan-Nya.
Penulis:
![]() |
Dr. H. Rusdan, S.Pd.,SH.,MM.Pd |
Education is a basic need for humans who have civilization.
BalasHapus